Senin, 02 Oktober 2017

Cerpen: Cerita Dini Hari

Ku ceritakan sesuatu, ini cerita tentang seseorang. Seseorang itu adalah aku. Walau aku tak pandai berhitung, ada satu hal yang cukup aku banggakan, daya ingat. Mungkin seperti gajah. Sedari kecil aku mengingat semua hal yang menyenangkan dan yang paling menyakitkan. Semuanya, detail, adegan, perkataan, dan tidakan. Aku mengingat hal-hal kecil yang dilupakan orang, tokoh kartun yang aku suka, lagu yang aku suka, aroma yang aku suka. Menyakitkanpun aku selalu ingat, bukan berarti aku dendam, bukan berarti aku tidak pandai memaafkan. Aku mengingat hal menyakitkan, agar aku ingat supaya tidak kulakukan lagi. Mengingatkan diri ku, agar tidak merasakan hal menyakitkan yang sama.

Saat orang  mengatakan ia tak suka ulat bulu, sampai saat ini pun tak akan aku ungkit ulat bulu di hadapannya.
Pada saat orang mengatakan tak suka apel, selamanya tak akan aku menyodorkan apel padanya.
Pada saat orang tak suka gelap, ku pastikan tak ada kegelapan saat kita bersama.

Semua yang orang sekitarku katakan selalu aku ingat, semua, hal tak penting sekalipun. Kenapa perlu di ingat, karena itu menyenangkan menurutku, saat aku mengetahui apa yang mereka tak suka, maka aku akan mejauhkan semuanya.

Pada saat di sekolah dasar, aku menangis seharian karena orang benci saat aku tak pandai berhitung. Aku benci, bukan pada dia, tapi padaku. Aku benci karena aku tau akan lama menyingkirkan ketidak sukaanya ini.

Pada saat remaja, orang berkata aku terlalu sombong dan arogan. Tentu ini menyakitkan awalnya, dan ini selalu ku ingat. Ku perbaiki dengan mengobrol banyak dengan orang. Dan ini menjadi menyenangkan. Aku jelaskan aku hanya malu untuk memulai percakapan.

Pada saat aku hanya diam membaca di kelas saat jam istirahat, orang berkata aku terlalu menyendiri dan tak mau bergaul. Awalnya itu menyakitkan, aku selalu ingat sampai sekarang. Bukan dendam, aku mencoba berbaur dan menghentikan membaca ku. Aku jelaskan, aku tidak pandai memulai pertemanan dan membaca di waktu luang itu menyenangkan karena aku tak punya banyak orang untuk di ajak berbicara. Akhirnya orang mengerti dan saling mengenal.

Pada saat sekolah menengah atas, orang mengatakan aku terlalu pelit karena saat jam istirahat aku hanya membaca di kelas dan tidak membeli makanan. Awalnya itu menyakitkan, setiap katanya masih aku ingat. Tapi aku tidak marah, aku membawa bekal ku padanya di suatu siang, akhirnya aku jelaskan aku membawa bekal, maka dari itu aku tak membeli apapun. Akhirnya dekat dengan orang-orang, setiap istirahat kita memakan bersama dan membahas buku-buku menarik. Dan itu menjadi perkumpulan kecil.

Pada saat orang mengatakan aku kurang serius dan tidak berkonsentrasi, aku upayakan tak akan membuat hal menyakitkan itu terulang lagi.
Pada saat orang mengatakan aku terlalu suka memerintah dan otoriter, awalnya itu menyakitkan. Semua yang ia katakan aku ingat. Tapi aku tidak marah, aku menahan diri agar diriku tak lepas kendali. Tak ingin merasakan hal menyakitkan itu lagi. Aku mulai berubah perlahan.

Pada saat orang mengatakan aku berbica terlalu menyakitkan, awalnya itu juga menyakitkan ku. Aku tak mau hal menyakitkan ini terjadi lagi. Perlahan ku tahan diriku, mengontrol perkataan agar tidak menyakitkan, dan akhirnya kita menahan pembicaraan satu sama lain, agar tidak menyakiti.

Pada saat orang mengatakan aku terlalu memaksa, awalnya itu menyakitkan. Tapi kutahan diri, agar ia tak merasakan hal menyakitkan. Tak akan ku paksa dia.

Pada saat orang mengatakan aku tak mengahargai pemikiran mereka, awalnya itu menyakitkan. Tapi ku telan pemikiran ku, dan akhirnya kita bisa senang bersama berbagi pemikiran.

Pada saat orang mengatakan aku merepotkan, awalnya itu menyakitkan. Tapi aku tak bisa terlalu bergantung, kutahan ketergantungan ku dan ku upayakan melakukan sendiri, aku tak ingin orang merasakan hal menyakitkan. Ku tahan semua sendiri. Asal orang merasa tak kurepotkan.

Pada saat orang mengatakan aku hidup semauku sendiri, awalnya itu menyakitkan. Tapi tak bisa aku hidup semauku dengan orang lain di sekitar. Akhirnya kita harus berbaur menurunkan ego.
Pada saat orang mengatakan aku mencari aman karena di pihak netral. Awalnya itu menyakitkan, netral adalah abu-abu, tak hitam dan tak putih. Menjadi abu-abu itu membuat mu tak diterima di putih dan tak di terima di hitam. Hitam akan membencimu karena dikira kau putih, dan putih akan membenci mu karena di kira kau hitam. Menjadi abu-abu adalah artinya kau siap di benci hitam atau putih, atau malah keduanya. Dan aku bersyukur orang mau mengerti kenapa terkadang aku menjadi abu-abu.

Setiap perkataan menyakitkan yang aku kira, mengubah aku secara perlahan. Semua ucapan yang orang katakan akan aku ingat. Tidak ada dendam dan marah, kita hidup memang akan di nilai, akan ada yang memperbaiki walau awalnya menyakitkan yang datang.
Sampai saat ini aku mengingat apa yang orang-orang katakan, apa yang mereka tak suka dariku. Perlahan walau menyakitkan, tak akan ku tunjukan hal-hal yang tak mereka suka dariku. Walau kadang masih ku tunjukkan kepada orang yang membuat ku nyaman.

Selalu ku ingatkan zona nyaman tak akan selamanya mentolerir hal-hal yang tak orang suka dari diriku.
Pelahan ku ubah diriku sesuai ucapan orang, hal menyakitkan, ku ubah, karena itu perbaikan. Ku ubah dan ternyata tak cukup memuaskan. Tak akan aku mengeluarkan pembelaan, karena cukup aku diam dan merenung apa yang aku perbuat tak menyenangkan orang.

Pernah aku berfikir, ucapan menyakitkan mana yang berakhir menyenangkan, berakhir kau mengubah dirimu menjadi lebih baik.
Aku berterima kasih kepada orang-orang yang berkata menyakitkan, mereka mengubah ku perlahan menjadi lebih baik, walapun kadang aku tak memuaskan. Berterima kasih karena mereka adalah orang yang ingin aku berubah. Aku masih perlu ucapan menyakitkan lain, yang bisa mengubahku.

Sampai pada akhirnya kisah yang aku ceritkan tak semenarik di awal. Pada dasarnya tak bisa aku mengontrol apa yang orang tak suka dariku, kadang itu seperti air. Walapun sudah kau tampung dengan tangan, akan ada yang mengalir lewat sela-sela jari.

Sekarang perkataan dari orang tetap akan ku ingat, tapi tidak akan menyakiti ku, aku hanya perlu diam sesaat dan memikirkan kenapa orang berkata demikian. Berkata yang membuat ku sakit pada awalnya, tapi saat aku berfikir berkatan orang itulah yang membuat ku berubah lebih baik. Walau kadang lepas kendali itu ada, tapi dari perkataan orang itulah aku merasa orang itu peduli.
~Sekian~

Cerpen Abal Reyko karena nggak bisa tidur.ahahahaha
Semoga KIKOSer yang lagi gundah di luar sana bisa sedikit terhibur. 
Ini rada bingung ini cerpen atau puisi.eheheheh
Selamat petang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar