Senin, 27 Februari 2017

Heroes of the Valley “Perjuangan untuk Menjadi Pahlawan yang Dikenang”

Selamat siang KIKOSer! Konnichiwa...
Long time no see yaa... *alay mode on*. BTW, Epik udah selesai baca buku karangan salah satu penulis favorit Epik nih yaitu Jonathan Stroud. Setelah baca 3 buku Bartimaeus Trilogy dan Lockwood and Co.: Screaming Staircase hasil pinjaman adik kelas Epik yang baik hati bernama Anne, akhirnya ada kesempatan juga baca buku yang ini. Alhamdulillah beberapa buku Jonathan Stroud yg lain seperti The Leap dan The Last Siege sudah terbeli, bahkan buku Epilog dari Bartimaeus Trilogy yakni Ring of Solomon yang sudah diidam-idamkan juga sudah di tangan *thanks to Susi-chan yang menjual koleksinya*. Tapi emang masih belum sempat baca. Maklum list baca'an masih mengular. Tenang, nanti kalau sudah Epik baca bakal Epik review kok buat KIKOSer. Untuk sekarang KIKOSer baca review'an novel Heroes of the Valley dulu yaa


Judul
Sang Pahlawan/ Heroes of the Valley
Penulis
Jonathan Stroud
Genre
Novel Fantasy
Penerbit
Gramedia
Jumlah Halaman
484
Tahun Terbit
April 2011 (cetakan pertama)


Jonathan Stroud
Dahulu, seluruh penduduk Lembah besar tak dapat hidup dengan tenang. Itu semua karena serbuan monster Trow yang senang memakan ternak, bahkan di saat-saat tertentu mereka haus akan daging manusia. Ketika petang menjelang, Trow - Trow bercakar besar, berwajah mengerikan, dan bergigi setajam jarum ini menarik kaki-kaki korbannya dari bawah tanah untuk langsung dikunyah hidup-hidup. Jengah dengan semua itu, 12 pemimpin klan pun memutuskan menyisihkan perselisihan guna bersatu membasmi para Trow. Mereka bertarung hingga titik darah penghabisan. Ketika fajar menyingsing, penduduk dari masing-masing klan menyaksikan pemandangan yang memilukan yakni 12 jasad para pahlawan yang tergeletak di puncak bukit dengan membawa kemenangan. Namun hanya 1 pahlawan yang paling pemberani dan paling kuat diantara para pahlawan, ia bernama Svein.

Kisah-kisah tersebut adalah kisah lama sang penegak hukum, Svein, yang berjuang untuk melawan Trow. Kini kehidupan di negeri ini telah aman dan tentram. Trow tak lagi berani memasuki wilayah klan untuk mencari mangsa. Perdamaian antara klan pun terus dipelihara meski cerita-cerita buatan untuk saling menjatuhkan masih sering dihembuskan. Paling tidak kini mereka dapat hidup tenang tanpa takut Trow tiba-tiba menarik kaki mereka ke dalam tanah.

Halli Sveinsson tumbuh dengan cerita-cerita heroik para leluhurnya dan berharap suatu hari nanti ia dapat menjadi pahlawan seperti Svein. Namun keinginannya ini dianggap konyol oleh ibunya yang membenci penyelesaian masalah dengan cara-cara lama. Ibunya juga membenci Brodir, adik iparnya, yang 'meracuni' pikiran Halli dengan kisah-kisah heroik.

Halli sendiri memang sama sekali tidak memiliki postur seorang pahlawan. Ia adalah anak laki-laki bertubuh dan berkaki pendek, wajahnya pun tidak tampan, sangat berbeda dengan kedua kakaknya Leif dan Gudny yang bertubuh jangkung. Namun hal itu tidak membuat Halli malu apalagi menyurutkan semangatnya. Kadang semangatnya yang berlebihan menimbulkan tingkah usil kepada seluruh penduduk klan sehingga Halli sering dianggap biang onar oleh seluruh anggota klan.

Suatu hari, klan Svein mendapat kehormatan untuk mengadakan perayaan yang mengundang seluruh klan untuk hadir dan menikmati keramahan klan Svein. Halli yang dihukum tidak boleh menghadiri perayaan karena tingkah usilnya, memutuskan untuk berjalan-jalan di kebun apel. Disana ia bertemu Aud, seorang gadis manis yang tomboy keturunan Ulfar Arnesson, penegak hukum klan Arne. Mereka pun langsung merasa cocok satu sama lain dan berusaha untuk menyelinap ke perayaan. Di jalan, mereka berpapasan dengan Ragnar Hakonsson, anak penegak hukum klan Hakon berserta gerombolannya. Sikap Ragnar yang sombong dan merendahkan Halli karena menyangkanya sebagai pelayan membuat sikap usil Halli muncul. Halli meracuni minuman Ragnar sehingga Ragnar beserta gerombolannya sakit perut parah.

Sakit misterius anak-anak klan Hakon tersebut membuat ayah Halli menjamu penegak hukum klan Hakon, yaitu Hord Hakonsson, beserta adik dan anak laki-lakinya, Olaf dan Ragnar sebagai bagian dari rasa tanggung jawab penyelenggara perayaan. Dalam jamuan makan tersebut ikut pula Ulfar Arnesson dan Aud sebagai penengah dari klan Arne. Brodir yang benci klan Hakon juga turut hadir dengan wajah merah karena mabuk dan sikap yang kurang ajar karena muak dengan bualan-bualan Hord. Sebagian besar percakapan disela-sela sajian lezat hanya berupa ucapan-ucapan sombong Hord dan Olaf yang ditanggapi ayah Halli dengan senyum kecut. Sikap kakaknya tersebut semakin membuat darah Brodir mendidih dan membalas sikap sombong klan Hakon dengan cemoohan.

Esoknya Hord, Olaf, dan Ragnar hendak meninggalkan kediaman klan Svein secara diam-diam namun dihadang Brodir saat mereka masih berada di kandang kuda. Mereka terlibat cekcok panas dan berakhir dengan ditusuknya Brodir hingga tewas. Halli yang sedari tadi mengintip pun juga jadi sasaran pemukulan saat berusaha menolong Brodir. Kematian Brodir membuat Halli merasa bersalah dan dendam terhadap Olaf yang membunuh paman kesayangannya. Kemarahan Halli semakin menjadi saat mengetahui Olaf tak akan dihukum gantung melainkan hanya didenda untuk memberikan sebagian tanah klan Hakon untuk klan Svein. Halli pun membulatkan tekat untuk berangkat menuju kediaman klan Hakon untuk mengembalikan harga diri klan Svein dengan caranya sendiri. Mampukah Halli membalaskan kematian Brodir?. Baca yaaa~

Oke, kesan pertama kali membaca novel ini adalah less excited karena Epik tetap merasa Bartimaeus Trilogy adalah master piece-nya Jonathan Stroud dan sejauh ini karyanya belum ada yang bisa menandingi Bartimaeus Trilogy. Tapi begitu terus membaca ternyata novel ini not that bad lah meski ngga ada yang spesial juga sih (except the ending, karena cukup nge-twist). Kalau dibandingkan dengan Lockwood and Co.: Screaming Staircase, Epik lebih suka Lockwood karena ceritanya lebih menegangkan. Sebaliknya dari segi pemilihan bahasa Epik lebih suka Heroes of The Valley daripada Lockwood, karena bahasa Heroes of the Valley lebih mudah dipahami.

Dari segi penokohan, Halli si tokoh utama Heroes of the Valley ini menurut Epik adalah tokoh utama yang justru ceroboh dan menyebalkan. Halli lebih condong ke arah anak sok tahu yang terobesisi untuk jadi pahlawan serta bermulut besar. Kadang jadi jengkel sendiri dengan kebodohan demi kebodohan yang Halli buat. Contohnya ketika baru mulai mengadakan perjalanan balas dendam, Halli sudah dengan gampang menceritakan rencananya kepada seorang petani yang baru ia kenal. Belum lagi senjata satu-satunya yang ia bawa ia berikan begitu saja ke petani tersebut. Betapa ceroboh sikap Halli, gimana mau balas dendam kalau dia sendiri kurang latihan dan kurang persiapan. Apalagi mengingat lawannya adalah pria kuat serta berpengalaman yang mampu membunuh Brodir.

Pada akhirnya Halli berubah 180 derajat jadi pahlawan yang kreatif dan penuh perhitungan. Halli nantinya mampu mempertahankan klan dengan cara cerdas dan berani. Jonathan Stroud pintar meramu proses menjadikan Halli from zero to hero. Jadi ngga terasa aneh pada 'pendewasaan' Halli karena didahului proses yang masuk akal. Jonathan Stroud bahkan tidak menghilangkan ciri khas Halli yaitu anak yang menyebalkan.

Disisi lain ada Aud, si putri semata wayang Ulfar Arnesson yang super tomboy. Pada sinopsis buku Aud digambarkan sebagai gadis ceroboh dan keras kepala yang menurut Epik ngga sepenuhnya benar. Memang Aud adalah gadis keras kepala tapi ia tidak ceroboh, justru si tokoh utama yang ceroboh. Aud malah lebih kuat dan lebih logis dari Halli. Ia sama sekali tidak percaya dengan kisah-kisah kepahlawanan masa lalu yang menurutnya terlalu dibuat-buat serta selalu berubah tergantung dari klan mana yang sedang bercerita. Sikap selengekan Aud kadang jadi lucu terutama kalau ia sudah mengucapkan kata-kata sarkasme, mengingatkan Epik akan tokoh Kitty di Bartimaeus Trilogy yang Aud bangetlah.

BTW, Epik sempat mengira akan ada bumbu kisah cinta-cintaan di novel ini terutama antara Halli dan Aud, ternyata ngga ada sama sekali. Halli memang sempat terpesona gitu dengan Aud. Juga sempat agak cemburu saat ibunya memintanya mundur demi Leif, sang kakak, yang didorong untuk PDKT dengan Aud. Namun hanya sebatas itu aja, tidak ada tindakan nyata Halli mengungkapkan perasaannya kepada Aud. Aud sendiri malah seakan sama sekali tidak terbesit apa yang namanya cinta, asli jiwanya bebas dan tomboy abis.

Meski di awal Epik bilang novel ini ngga ada yang istimewa, anehnya Epik ngga merasa bosan pas baca Heroes of the Valley. Kisahnya masih menarik untuk diikuti kok. Menurut Epik bagian akhir novel ini ditutup dengan baik dan seru oleh Jonathan Stroud, bahkan ia memunculkan plot-twist yang keren ala Bartimaeus Trilogy gitu. Overall, novel yang cukup maknyus dan mengenyangkan. KIKOSer penggemar Jonathan Stroud wajib baca buku ini dan bagi KIKOSer yang suka novel fantasi juga boleh coba baca ini. Sekian. Tunggu review'an Epik tentang novel Jonathan Stroud yang lainnya yaa... Bye~

Web Resmi:

Referensi:
-bookfans.net (sumber photo)


Nih Epik kasih gambarnya:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar